✓ Ukuran Lahan
✓ Kebutuhan Ruang
✓ Style / Referensi Desain yang disukai




✆ Telp.
Jabodetabek:
+6282146645837
✆ Telp.
Luar Jabodetabek:
+6282219788877
Ibu saya seringkali merasa dirinya adalah seorang gardenista, padahal tidak, Ibu saya tidak berbakat sama sekali menata taman, tapi masalahnya ibu saya sarjana hukum, dan berdebat dalam topik taman dengan sarjana hukum yang tidak berbakat tentang taman, adalah mimpi buruk setiap arsitek.
"Kenapa kamu merencanakan kolam ikan sebesar itu? ...itu terlalu besar. Dimana Ibu menaruh tanaman cabainya? Pohon mangganya jangan ditebang, ingat jangan di-te-bang."
Saya tidak tahu, harus menjawab apa, jika saya bisa membantah, saya punya 1001 teori bantahan untuk ide ide ibu saya, tapi setiap kali saya melontarkan argumen, Ibu saya selalu punya antiteori -yang entah dari mana- dengan kefasihan layaknya anggota indonesia lawyers club , hal yang membuat saya yang aslinya "irit ngomong" jadi terdiam.
Untuk informasi, rumah Ayah saya, memiliki taman belakang, dengan ukuran 10 x 15, luas total lahan 500m2, bangunannya sendiri setidaknya ukuran 450-500m2.
Bangunannya sendiri sih lumayan besar, tapi taman belakangnya sangat tidak menarik, ada teras 3 x 3 meter disana, tapi jarang digunakan, karena bentuk taman yang tidak jelas, tidak menarik dan jelas jelas salah dari teori arsitektur manapun. Ada berbagai tanaman bumbu disana, cabai, jeruk limau, tomat -what on earth ?-, pohon mangga, pepaya,dan tanaman tanaman dalam pot yang saya tidak tahu dan saya tidak ingin ketahui jenisnya, semua itu menciptakan nuansa 'kebun' daripada taman.
"Tapi minimal kita harus meletakan elemen air disini, secara teori arsitektur tropis, nilai air lebih tinggi dari nilai kebun, jadi kita harus meletakan elemen tersebut supaya memberikan add value. Saya memberi ide, ide yang siap siap di-veto ibu saya, tapi akhirnya diluluskan setelah anggota keluarga yang lain memberikan voting "mosi percaya" untuk saya dengan perbandingan 6:1 jika dihitung suara para PRT di rumah yang ikut mendukung.
Peletakan elemen air pada taman belakang kami sangatlah penting, karena setelah diaplikasikan terbukti memberikan efek yang signifikan pada suasana taman belakang, suara mosi percaya kepada saya semakin meningkat, dan ini artinya pemberian ijin untuk melakukan "apapun yang diperlukan" termasuk menebang pohon mangga kesayangan ibu saya, yang jelas-jelas bukan tanaman penghias.
Anyway, perubahan taman belakang ini tidak terlalu membutuhkan biaya besar, teras saya bongkar semua, karena menghalangi sinar masuk kedalam rumah, fungsi teras sebagai tempat kumpul digantikan daybed ( kursi jemur/ kursi malas) lengkap dengan payung pantainya, lalu sebagai vocal point adalah kolam ikan, dengan dasar berisi batu kali, dan 3 lampu spot light dalam air, 5 patung kodok untuk air mancur dan sebagai penghias. Tanaman bumbu dan pot digantikan tanaman tanaman semak hias, seperti dendron dan paku pakuan, juga keladi keladian, mangga dan pepaya digantikan tanaman hias seperti palm ekor tupai dan jepun bali. Dinding bangunan diberikan unsur batu alam tropis.
Dari tempat yang paling tidak nyaman pada bagian rumah, menjadi tempat favourit keluarga untuk kumpul dan menerima tamu dekat. Taman yang tadinya suram berubah menjadi suasana ala villa di rumah kami. Rahasianya adalah pengaturan tanaman, peletakan elemen air, peletakan lampu lampu spot light, elemen dekor pada dinding , dan pembagian zona yang tepat dan proporsional.
Sekarang saya sudah menikah dan tinggal terpisah sudah 3-4 tahun yang lalu sejak taman ini diubah tapi setiap kali berkunjung feeling nyaman dan indah dari taman belakang tersebut tetap tidak berkurang.
Anyway setelah mendapati taman belakang menjadi indah, ibu saya tidak pernah menyesali pohon mangganya ditebang.
Ida Bagus Gede Sasra Bhanutama, ST
Principal Architect of Emporio Architect