Dipublikasikan 13 Agustus 2019
Ditulis oleh: Fairus Rizki Nurrahmawati, S.Ars
Sebelum masuknya gaya arsitektur dari luar Indonesia, sebenarnya bangsa Indonesia sendiri telah mengenal dan telah menerapkan beberapa arsitektur lokal. Arsitektur lokal di Indonesia sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh budaya masing-masing daerah. Alhasil arsitektur lokal Indonesia kaya dengan nilai seni dan bernilai filosofi tinggi.
Makasar merupakan salah satu daerah yang ada di Indonesia dan merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya 45.764,53 km2. Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan.
Provinsi Sulawesi Selatan, khsususnya Makasar terkenal dengan budaya yang sangat membumi dan mengikat. Keunikan budaya di sana terbilang langkah dan menarik. Salah satu unsur budaya di Makasar yang berhasil mencuri perhatian public adalah arsitektur rumah adat tradisionalnya. Berdasarkan riset yang telah dilakukan, di Makasar sendiri memiliki tiga rumah adat yang diketahui oleh masyarakata luas yaitu rumah adat panggung, rumah adat bola, dan rumah adat tongkonan.
Namun pada artikel kali ini, akan fokus membahas tentang rumah adat bola. Arsitektur rumah adat bola di Sulawesi Selatan berpedoman pada kepercayaan kuno masyarakat setempat. Masyarakat Makasar berkeyakinan bahwa semesta ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian bawah (botting labgi), bagian tengah (alang tengnga/ ale kawa), dan bagian atas (awa sao/peretiwi/bori liu).
Rumah adat bola ini diperuntukan bagi masyarakat biasa. Itulah mengapa rumah adat ini lebih mudah ditemukan Makasar. Berbeda dengan rumah yang diperuntukkan bagi bangsawan yang berukuran besar, rumah adat bola ini berukuran lebih kecil. Rumah ini berstruktur panggung, dengan tinggi kurang lebih tiga meter dari permukaan tanah.
Alasan kenapa masyarakat begitu mengenal rumah adat yang satu ini adalah karena rumah adat bola memiliki corak yang sangat unik yaitu: bercorak alam: memiliki motif kaligrafi dari kebudayaan islam. Bercorak fauna: memiliki motif bunga kembang atau daun yang tentunya sangat indah. Dan yang terakhir adalah bercorak flora: bermotif hewan atau binatang. Biasanya memakai kepala kerbau yang menjadi simbol bumi subur, penunjuk jalan, binatang tunggangan dan juga status sosial.
Atap rumah bola berbentuk plana bersudut lancip yang menghadap ke bawah. Bahan dasar dalam pembuatan atap rumah bola ini adalah nipah, rumbia, bamboo, alang-alang ataupun ijuk. Pada puncak atap tepatnya di perbatasan dengan dinding ada sebuah desain yang membentuk segitiga. Desain segitiga tersebut dinamakan timbaksela.
Karena rumah bola merupakan rumah panggung, maka tentu untuk bisa naik ke atas badan rumah atau ruangan utama membutuhkan tangga. Untuk diketahui bahwa tangga di dalam kehidupan masyarakat Makasar ada dua, yaitu sapana dan tukak.
Desain rumah adat bola di Makasar juga telah membagi kategori ruangan, seperti misalnya ada yang namanya Tambing. Ruangan ini biasanya berbentuk lorong. Letak ruangan ini berada di samping ruangan induk. Ruangan lain, yang merupakan ruangan kecil yang berada di dekat tangga adalah dego-dego. Ruangan ini biasa digunakan sebagai ruang tunggu oleh tamu. Pada desain rumah modern, ruangan ini disebut foyer.
Ruang utama pada rumah adat bola disebut Kale Balla. Ruangan ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruangan paling depan yang biasanya digunakan untuk meneriama tamu. Ruangan paling belakang yang biasanya digunakan sebagai tempat tidur anak gadis. Ruang tengah atau kamar tidur suami istri yang biasanya digunakan untuk hal-hal yang lebih privat.
Demikianlah pembahasan mengenai “Keunikan Rumah Adat Bola di Makassar, Sulawesi Selatan”. Semoga artikel ini bermaanfaat. Terima kasih.