✓ Ukuran Lahan
✓ Kebutuhan Ruang
✓ Style / Referensi Desain yang disukai
✆ Telp.
Jabodetabek:
+6282146645837
✆ Telp.
Luar Jabodetabek:
+6282219788877
Pernahkah Anda mengukur luasan kamar tidur atau ruangan lainnya di rumah Anda dan mendapati hasilnya berbeda dengan yang tertera di denah atau IMB rumah? Kasus serupa tentu di alami hampir semua orang. Tenang, bukan berarti luasan pada denah atau IMB rumah Anda salah. Lalu bagaimana?
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan persepsi dan cara mengukur antara Anda dengan arsitek yang membuat denah atau IMB rumah. Kejadian serupa juga akan Anda alami saat membangun rumah. Bila Anda menggunakan jasa desain rumah dan jasa desain interior di Emporio, Anda akan menyadari luasan pada desain berbeda dengan luasan pembangunan pada RAB. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Karenanya agar Anda tidak kebingungan, berikut ini Emporio Architect membahas perbedaan cara pengukuran antara arsitek, quantity surveyor, kontraktor dan interior desainer serta pengaruhnya bagi Anda saat pembangunan berjalan.
Perbedaan cara pengukuran antara arsitek, quantity surveyor, interior desainer dan sipil/kontraktor
Perlu dipahami bahwa antara arsitek, quantity surveyor, interior desainer hingga ahli sipil/kontraktor punya tujuan serta output yang berbeda-beda, yang menyebabkan perbedaan cara mengukur luasan bangunan. Arsitek mengukur bangunan untuk mengetahui luasan kasar suatu ruangan atau bangunan pada desain tanpa mempertimbangkan struktur & konstruksi serta harga material. Karena outputnya adalah desain arsitektural, maka arsitek mengukur luasan dari as tembok.
Berbeda lagi dengan interior desainer yang menghitung luasan dari sudut terluar atau bidang finishing akhir seperti cat dinding, permukaan wallpanel, dan lainnya. Hal ini dikarenakan tujuan dari pekerjaan interior adalah untuk membuat furnitur dan menata ruang dalam suatu bangunan.
Disisi lain, quantity surveyor, ahli sipil dan kontraktor juga punya cara mengukur luasan bangunan yang sama dengan arsitek, namun masing-masing dari mereka mengukur luasan dengan tujuan yang berbeda. Quantity surveyor misalnya, menghitung luasan bangunan secara mendetail hingga ke dak, stepping, rooftop, balkon, dan sebagainya untuk mendapat rincian jumlah dan biaya material saat pembangunan. Dalam hal ini, outputnya adalah RAB pembangunan. Sedangkan sipil atau kontraktor menghitung luasan dengan cara yang sama seperti quantity surveyor, namun outputnya adalah keseluruhan hasil pembangunan ditambah fee pekerja dan keuntungan kontraktor.
Bisa disimpulkan, adanya perbedaan cara perhitungan luasan bangunan antara arsitek, interior desainer, quantity surveyor hingga sipil/kontraktor ini sesungguhnya wajar karena perbedaan tujuan atau output. Adanya sedikit perbedaan ini juga tak mengindikasikan adanya kesalahan perhitungan. Karenanya Anda sebagai klien/owner tak perlu khawatir dan bingung mengenai perbedaan ini.
Pengaruh perbedaan format pengukuran tersebut di lapangan
Adanya perbedaan cara mengukur luas bangunan antara arsitek, interior desainer, quantity surveyor dan kontraktor akibat perbedaan tujuan tentu memberi pengaruh yang cukup besar bagi Anda selaku owner karena berpengaruh pada budgeting. Dari sudut pandang Anda selaku owner, perbedaan cara pengukuran itu tentu membingungkan dan sekilas terkesan plin-plan dan tidak profesional. Padahal nyatanya tidak demikian, lho!
Perlu dipahami, walau sejumlah arsitek seperti Emporio Architect bisa mendesain bangunan sesuai dengan budget, namun hasil desain tersebut juga tidak bisa 100% pas dengan budget yang dimiliki karena berbagai faktor, seperti fluktuasi harga material bangunan dan lain sebagainya. Bahkan, RAB yang dihitung oleh quantity surveyor pun bisa berbeda dengan biaya yang nantinya ditagih kontraktor untuk menyelesaikan pembangunan.
Pasalnya, saat desain dari arsitek telah diselesaikan, quantity surveyor baru bisa memberikan RAB atau estimasi biaya pembangunan sesuai dengan harga material yang berlaku pada saat itu. Namun pada kenyataanya, ada jarak waktu beberapa bulan antara desain selesai hingga pembangunan dimulai. Selama selang waktu tersebut, harga material tentunya sudah mengalami kenaikan. Hal itulah yang membuat estimasi biaya yang diberikan oleh arsitek, interior desainer atau quantity surveyor seolah-olah tidak akurat. Tak heran biaya yang Anda keluarkan selama masa pembangunan pada akhirnya seringkali lebih mahal dibandingkan dengan estimasi biaya yang diberikan saat desain selesai.
Disamping karena inflasi, perbedaan estimasi biaya pembangunan juga bisa terjadi akibat perbedaan cara menghitung luasan bangunan antara arsitek, interior desainer, quantity surveyor dan kontraktor. Jika arsitek atau desainer interior menghitung luasan sebatas untuk kebutuhan desain, maka quantity surveyor dan kontraktor menghitung luasan bangunan secara keseluruhan. Simplenya, suatu bidang yang hanya dianggap sebagai lantai oleh arsitek, akan ditanggapi berbeda oleh quantity surveyor dan kontraktor. Bagi mereka, lantai terdiri dari marmer, dak dan sebagainya. Berbeda dengan arsitek, quantity surveyor dan kontraktor juga memperhitungkan pool, pagar, carport dan sebagainya ke dalam perhitungan luasan pembangunan. Karenanya hasil perhitungannya pun jadi lebih kompleks.
Demikian perbedaan cara mengukur antara arsitek, interior desainer, quantity surveyor, dan sipil/ kontraktor serta pengaruhnya saat pembangunan. Setelah membaca penjelasan di atas, kini Anda bisa memahami bahwa adanya perbedaan cara perhitungan luasan hingga perbedaan total biaya yang perlu dikeluarkan saat pembangunan akibat perbedaan persepsi dan kepentingan ini adalah hal yang wajar dan tak perlu dipermasalahkan. Dengan mengetahui hal ini, kini Anda bisa tenang sembari menunggu pembangunan rumah Anda selesai. Dan bila Anda belum memiliki desain rumah sebagai pedoman pembangunan, Anda bisa memesannya menggunakan jasa desain Emporio Architect. Bersama Emproio Architect, wujudkan rumah impian dengan perencanaan dan hasil yang profesional.
Apabila Anda ada pertanyaan silahkan konsultasikan dengan kami.